Aktiva Tidak Berwujud: Aspek Penting untuk Kesuksesan Bisnis

Aktiva Tidak Berwujud_ Aspek Penting untuk Kesuksesan Bisnis

LaBalance.id – Dalam artikel ini kami akan menjelaskan pengertian, ciri-ciri, serta memberikan contoh hal yang termasuk dalam aktiva atau aset tidak berwujud (intangible asset) dan mengapa hal ini begitu penting bagi perusahaan yang tidak boleh Anda lewatkan! Berikut adalah penjelasannya secara lengkap.

Setiap perusahaan tentu memiliki beragam aset dengan fungsi dan nilai masing-masing, seperti gedung, peralatan, perlengkapan mesin, hingga kendaraan.

Bahkan, karyawan perusahaan pun dapat dianggap sebagai aset perusahaan. Aset sendiri terbagi menjadi berbagai jenis, yakni aktiva tetap, lancar, dan tak berwujud.

Apa itu Aktiva / Aset Tak Berwujud?

Menurut PSAK 19 (revisi 2009), aktiva tidak berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud fisik. Aktiva atau aset ini dimiliki untuk dimanfaatkan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.

Dalam bidang akuntansi, suatu aktiva tak berwujud diakui jika:

  • Perusahaan berpotensi mendapatkan manfaat ekonomi di masa yang akan datang dari aset tersebut.
  • Biaya-biaya perolehannya dapat diukur dengan andal.
  • Di awal perolehan, aktiva tak berwujud diakui sebesar harga perolehannya.
  • Sedangkan untuk periode berikutnya, aktiva tidak berwujud dilaporkan sebesar nilai tercatatnya.

Konsep harga perolehan merupakan salah satu elemen dalam akuntansi yang ditentukan melalui berbagai metode perolehan.

Untuk aset tak berwujud yang diperoleh melalui pembelian kas, harga perolehannya adalah jumlah uang yang dibayarkan.

Namun, jika aset tersebut diperoleh melalui pertukaran dengan aset lainnya, nilai perolehannya menjadi sebesar perkiraan harga pasar dari aset yang digunakan sebagai penukar.

Mengapa Aset Tak Berwujud Penting Bagi Perusahaan?

Mengapa Aset Tak Berwujud Penting Bagi Perusahaan

Jika suatu perusahaan tidak mencatat aset tak berwujud, itu akan berdampak besar pada keseluruhan perusahaan.

Tingkat kepentingannya hampir sebanding dengan aktiva berwujud.

Perolehan aktiva tak berwujud dicatat dan diakui sebesar nilai faktur, ditambah dengan semua biaya yang terkait untuk mendapatkan aset atau hak tersebut.

Jika terdapat pengeluaran setelah perolehan aktiva tak berwujud, biaya-biaya tersebut dapat dibebankan ke periode berjalan, mirip dengan perlakuan terhadap aktiva berwujud.

Bayangkan jika suatu perusahaan akan dijual. Penentuan nilai perusahaan tidak hanya berdasarkan modal semata, melainkan juga memperhitungkan aktiva tak berwujud.

Bahkan, dalam beberapa kasus, nilai aktiva atau aset tak berwujud ini dapat melebihi modal perusahaan itu sendiri.

Itulah sebabnya mengapa aktiva tak berwujud memiliki dampak signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan Anda.

Karakteristik Aset Tak Berwujud

Karakteristik Aset Tak Berwujud

Secara dasar, ada 3 karakteristik utama dari aktiva atau aset tak berwujud, yaitu:

  1. Kurang memiliki eksistensi fisik, mendapatkan nilai dari hak dan keistimewaan yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
  2. Bukan merupakan instrumen keuangan, menghasilkan nilainya dari klaim untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa mendatang.
  3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi, menyediakan jasa dalam kurun waktu bertahun-tahun.

Selain karakteristik utama tersebut, terdapat pula beberapa karakteristik pendukung aktiva atau aset tak berwujud, seperti:

  • Diperoleh melalui pengembangan atau pembelian secara terpisah atau menjadi satu dengan aset lain.
  • Digunakan secara tidak langsung dalam operasional perusahaan.
  • Dipengaruhi oleh kegiatan kompetitor.
  • Memiliki nilai bagi perusahaan.
  • Tidak ditentukan umur ekonomisnya.

Manfaat Aset Tidak Berwujud

Umumnya, masa manfaat untuk aktiva tidak berwujud tidak melebihi 20 tahun sejak digunakannya.

Dalam mempertimbangkan masa manfaat aset tak berwujud, beberapa faktor yang perlu diperhatikan meliputi:

  • Perkiraan penggunaan aset oleh organisasi dan efisiensi pengelolaannya.
  • Siklus hidup produk pada umumnya.
  • Keusangan teknologi atau teknis.
  • Kestabilan industri di mana aset digunakan dan tren pasar terhadap produk atau jasa yang dihasilkan.
  • Perkiraan pemakaian dan efisiensi pengelolaan aset.
  • Estimasi tindakan pesaing.
  • Pengeluaran untuk pemeliharaan dalam hal mendapatkan masa manfaat.
  • Periode pengendalian aset.
  • Ketergantungan masa manfaat aset terhadap masa manfaat aset lainnya.
  • Aset tidak berwujud dapat berbentuk hak yang melekat pada produk intelektual, di mana fasilitasnya digunakan oleh pihak lain.

Beberapa Contoh Hak dalam Kategori Aset Tak Berwujud

Berikut adalah beberapa contoh hak yang termasuk dalam kategori aset atau aktiva tak berwujud:

  1. Hak Cipta (Copyright)
    Diberikan pada penulis atau pencipta untuk menjual, mengawasi, atau menerbitkan hasil karyanya. Harga perolehan hak cipta mencakup pengeluaran mulai dari penyusunan hingga pengurusan izin hak cipta hingga sertifikat hak cipta diterima.
  2. Hak Paten (Patent)
    Diberikan kepada pihak yang melakukan penelitian dan menemukan hal baru untuk memproduksi, menjual, atau mengawasi temuannya dalam kurun waktu tertentu.
    Harga perolehannya melibatkan semua biaya penelitian, pengembangan, pembuatan gambar, percobaan, dan pengurusan hak paten hingga diterbitkannya sertifikat hak paten.
  3. Hak Merek Dagang (Trademark)
    Contoh lain yang termasuk dalam jenis aset tak berwujud adalah hak merek dagang, yaitu hak untuk menggunakan simbol dari suatu produk. Harga perolehan hak merek dagang mencakup biaya perencanaan, desain, pembuatan logo atau lambang, termasuk perizinan merk dagang hingga sertifikat merek dagang diterbitkan.
  4. Hak Franchise dan Lisensi
    Penggunaan fasilitas tertentu dari satu pihak ke pihak lain sebagai franchisee. Pihak franchisee hanya diperkenankan menggunakan hak franchise sesuai dengan kesepakatan, tidak berhak menjual hak franchise kepada pihak lain. Harga perolehan hak franchise bagi franchisor mencakup dana yang dikeluarkan untuk mendapatkan izin hak franchise, sementara bagi franchisee, harga perolehan sebesar harga yang diberikan kepada franchisor.
  5. Hak Sewa
    Penggunaan aset tertentu yang ditetapkan dalam perjanjian sewa menyewa.
    Pencatatan akuntansi terhadap pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan hak sewa ditentukan dari cara pembayaran sewa yang dilakukan. Perolehan hak sewa mencakup pembayaran sewa kepada pemilik aset dan pengeluaran lain untuk persiapan aset agar siap digunakan.
  6. Hak Eksklusif
    Jenis aset tak berwujud lainnya adalah hak eksklusif. Hak eksklusif adalah hak khusus yang diberikan negara kepada suatu lembaga atau instansi untuk mengelola fasilitas atau sumber daya alam milik negara. Harga perolehan dari hak ini melibatkan biaya survei, riset, pemetaan, eksplorasi, pembangunan fasilitas, perjanjian, dan biaya lainnya hingga hak tersebut dianggap siap. Karena aktiva tak berwujud memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan masa depan perusahaan.
  7. Goodwill
    Pengertian goodwill adalah suatu kondisi di mana terjadi pembayaran lebih untuk aktiva dibandingkan dengan nilai pasar.

Biasanya, hal ini terjadi jika suatu perusahaan membeli perusahaan lain dan mendapatkan keuntungan. Nilai goodwill dapat diketahui melalui nilai pasar atau nilai yang dapat direalisasikan.

Bagikan Artikel ke :

Artikel Terkait