86 Akun Dalam Akuntansi dan Penjelasannya

86 Akun Akun Dalam Akuntansi dan Penjelasannya

LaBalance.id – Bagi Anda yang terlibat dalam aktivitas akuntansi setiap harinya, pengetahuan akan nama-nama akun akun dalam bidang ini sangatlah krusial. Tidak hanya akuntan profesional, bahkan pelaku bisnis perlu memahaminya. Mengapa? Karena pemahaman terhadap nama-nama akun dalam akuntansi, sekalipun tidak semua, akan membantu pengusaha dalam mengelola keuangan perusahaan Anda secara lebih efisien dan profesional.

Apa Itu Akun dalam Akuntansi?

Sebelum mengeksplor nama-nama akun dalam akuntansi, perlu memahami konsep dasar akun. Akun berperan sebagai alat pencatatan transaksi keuangan yang mengubah aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban. Setiap akun diklasifikasikan berdasarkan transaksi serupa dan memiliki kode atau nomor unik, termasuk dalam kelompok akun yang lebih besar seperti kas, piutang, utang, dan ekuitas.

Kelompok Akun dalam Akuntansi

Terdapat empat kelompok akun utama dalam akuntansi:

  1. Akun Aktiva (Aset)
  2. Akun Kewajiban (Accounts Payable)
  3. Akun Modal (Capital)
  4. Akun Ekuitas

Nama Akun Akun dalam Akuntansi dan Penjelasannya

Berikut adalah nama akun dalam akuntansi beserta penjelasannya:

  1. Kas: Mencatat uang tunai dan setara kas perusahaan.
  2. Bank: Mencatat saldo rekening bank perusahaan.
  3. Piutang: Mencatat tagihan dari pelanggan yang belum dibayar.
  4. Persediaan: Mencatat inventaris barang dagangan.
  5. Aset Tetap: Mencatat aset perusahaan dengan umur lebih dari satu tahun.
  6. Akumulasi Penyusutan: Mencatat nilai penyusutan aset tetap.
  7. Akun Pendapatan: Mencatat pendapatan dari penjualan barang atau jasa.
  8. Diskon Penjualan: Mencatat potongan harga kepada pelanggan.
  9. Harga Pokok Penjualan: Mencatat biaya produksi atau pembelian barang.
  10. Beban-biaya: Mencatat pengeluaran operasional perusahaan.
  11. Gaji: Mencatat pengeluaran gaji karyawan perusahaan.
  12. Asuransi: Mencatat pengeluaran asuransi yang dibayar oleh perusahaan.
  13. Bunga: Mencatat bunga yang diterima atau dibayar oleh perusahaan.
  14. Pajak: Mencatat pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
  15. Beban Listrik: Mencatat pengeluaran listrik perusahaan.
  16. Beban Air: Mencatat pengeluaran air perusahaan.
  17. Beban Telepon: Mencatat pengeluaran telepon perusahaan.
  18. Beban Sewa: Mencatat pengeluaran sewa perusahaan.
  19. Beban Bunga Bank: Mencatat pengeluaran bunga bank.
  20. Beban Depresiasi: Mencatat pengeluaran penyusutan aset tetap.
  21. Utang: Mencatat kewajiban atau utang perusahaan.
  22. Modal: Mencatat investasi pemilik atau modal perusahaan.
  23. Laba: Mencatat keuntungan atau laba perusahaan.
  24. Rugi: Mencatat kerugian atau rugi perusahaan.
  25. Utang Jangka Pendek: Mencatat utang yang harus dibayar dalam waktu kurang dari satu tahun.
  26. Utang Jangka Panjang: Mencatat utang yang harus dibayar dalam waktu lebih dari satu tahun.
  27. Ekuitas: Mencatat nilai investasi pemilik atau saham perusahaan.
  28. Pajak Penghasilan: Mencatat pajak atas keuntungan perusahaan.
  29. Retur Penjualan: Mencatat barang yang dikembalikan oleh pelanggan.
  30. Aktiva: Mencatat sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan.
  31. Kewajiban: Mencatat kewajiban finansial atau hutang perusahaan kepada pihak ketiga.
  32. Harga Pokok Penjualan: Mencatat biaya produksi atau pembelian barang yang dijual selama periode tertentu.
  33. Beban Penjualan: Mencatat biaya-biaya pemasaran dan penjualan.
  34. Beban Administrasi dan Umum (BAU): Mencatat biaya operasional dan administratif perusahaan.
  35. Pendapatan Lain-lain: Mencatat pendapatan dari kegiatan yang tidak terkait dengan operasi normal bisnis.
  36. Beban Lain-lain: Mencatat biaya yang tidak terkait dengan aktivitas operasional utama.
  37. Piutang Usaha (Account Receivable): Mencatat dana yang belum diterima dari konsumen yang membeli dengan sistem kredit.
  38. Asuransi dibayar di muka (Prepaid Insurance): Mencatat pembayaran premi asuransi di muka oleh perusahaan.
  39. Perlengkapan Kantor (Office Supplies): Mencatat biaya pembelian perlengkapan kantor.
  40. PPN Masukan (Input VAT): Mencatat Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada pembelian barang atau jasa.
  41. PPN Keluar (Output VAT): Mencatat Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada penjualan barang atau jasa.
  42. Akumulasi Penyusutan Gedung: Mencatat total penyusutan gedung perusahaan.
  43. Akumulasi Penyusutan Kendaraan: Mencatat total penyusutan kendaraan perusahaan.
  44. Akumulasi Penyusutan Peralatan: Mencatat total penyusutan peralatan perusahaan.
  45. Utang Pajak (Tax Payable): Mencatat pajak yang harus dibayarkan perusahaan kepada pihak ketiga.
  46. Beban yang Masih Harus Dibayar (Expense Payable): Mencatat beban yang belum dibayar pada akhir periode.
  47. Modal Saham (Capital Stock): Mencatat investasi pemilik dalam bentuk saham.
  48. Dividen (Dividend): Mencatat pembagian laba perusahaan kepada pemegang saham.
  49. Rumah Tangga Kantor (Office Household): Mencatat transaksi keuangan terkait dengan penggunaan aset atau sumber daya perusahaan untuk operasional.
  50. Beban Piutang Tak Tertagih (Bad Debt Expense): Mencatat kerugian akibat piutang yang tidak dapat dipungut.
  51. Beban Penyusutan Gedung: Mencatat pengurangan nilai gedung seiring waktu.
  52. Neraca (Balance Sheet): Mencatat total aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada akhir periode.
  53. Saldo Menurut Bank (Bank Balance): Mencatat saldo uang pada rekening bank perusahaan.
  54. Saldo Menurut Buku (Book Balance): Mencatat saldo uang dalam buku besar perusahaan.
  55. Saldo Sebelum Likuidasi: Mencatat saldo uang sebelum proses likuidasi.
  56. Rekonsiliasi Bank: Mencatat penyesuaian catatan transaksi keuangan perusahaan dengan bank.
  57. Rekening Koran: Mencatat, membandingkan, dan menyeimbangkan saldo rekening bank dengan buku besar.
  58. Laporan Keuangan Pokok: Mencatat dan memberikan informasi keuangan relevan kepada pemangku kepentingan.
  59. Saldo Awal: Mencatat saldo terakhir pada akhir periode sebelumnya.
  60. Nilai Buku: Mencatat nilai atau harga aset atau investasi pada buku akuntansi.
  61. Break Even Point: Mencatat dan menganalisis titik impas biaya-volume-laba untuk menentukan jumlah unit produk yang harus dijual agar perusahaan mencapai titik impas.
  62. Anggaran: Mencatat rencana keuangan perusahaan untuk jangka waktu tertentu, bisa bulanan, triwulan, semesteran, atau tahunan.
  63. Selisih Anggaran: Mencatat selisih antara jumlah anggaran dan jumlah aktual dalam suatu periode.
  64. Anggaran Fleksibel: Mencatat dan mempertimbangkan kemungkinan perubahan dalam tingkat aktivitas atau volume penjualan.
  65. Anggaran Tetap: Mencatat nilai aset tetap dalam jangka waktu lama seperti gedung, peralatan, kendaraan, dan tanah.
  66. Siklus Anggaran: Mencatat perencanaan, penetapan tujuan, pengumpulan data, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran, pemantauan, evaluasi kinerja, hingga revisi anggaran.
  67. Biaya Pabrikasi: Mencatat biaya produksi, termasuk biaya langsung dan tidak langsung, dalam proses produksi.
  68. Harga Pasar: Mencatat dan menghitung nilai wajar suatu aset dalam situasi tertentu, seperti saat pengakuan aset di bawah akun kerugian dan laba rugi.
  69. Surat Berharga (Marketable Securities): Mencatat dan menghitung nilai aset perusahaan serta menentukan posisi keuangan.
  70. Biaya Pemasaran (Marketing Expense): Mencatat biaya-biaya dalam kegiatan pemasaran.
  71. Perkiraan Bahan Baku: Mencatat jumlah bahan mentah atau bahan baku yang dibeli untuk proses produksi.
  72. Buku Besar Bahan Baku: Mencatat biaya bahan baku yang digunakan dalam produksi selama periode akuntansi.
  73. Selisih Komposisi Bahan: Mencatat selisih biaya antara jumlah bahan baku yang seharusnya digunakan dan jumlah yang sebenarnya digunakan dalam produksi.
  74. Selisih Hasil Bahan: Mencatat selisih biaya antara jumlah produk yang seharusnya dihasilkan dari bahan baku dan jumlah produk yang sebenarnya dihasilkan.
  75. Persediaan Barang Dagangan: Mencatat nilai barang dagangan perusahaan pada akhir periode akuntansi.
  76. Rekening Campuran: Mencatat transaksi yang melibatkan beberapa jenis akun yang berbeda atau tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.
  77. Biaya Iklan: Mencatat biaya promosi produk atau jasa perusahaan melalui berbagai bentuk iklan.
  78. Pendapatan Tidak Wajar (Unusual Income): Mencatat pendapatan dari kegiatan yang tidak terkait dengan operasi normal bisnis.
  79. Cadangan Piutang Tak Tertagih: Mencatat estimasi kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih.
  80. Penyusutan atas Harta Tak Berwujud: Mencatat pengurangan nilai harta tak berwujud dari waktu ke waktu.
  81. Laporan Tahunan: Mencatat informasi keuangan dan kinerja perusahaan selama satu tahun, termasuk laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas.
  82. Harta: Mencatat semua aset yang dimiliki perusahaan yang memiliki nilai ekonomi, dapat diukur, dan diperoleh melalui transaksi atau kejadian masa lalu.
  83. Pendekatan Aktiva: Mencatat perkiraan nilai penurunan atau penyusutan suatu aset tetap.
  84. Pendapatan Audit: Mencatat pendapatan dari layanan audit yang diberikan oleh perusahaan jasa audit kepada klien.
  85. Biaya Audit: Mencatat biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan jasa audit dalam memberikan layanan kepada klien.
  86. Buku Besar Utang: Mencatat utang perusahaan kepada pihak lain.

Kesimpulan

Tidak hanya bagi akuntan, namun pemilik bisnis juga seharusnya mengenal berbagai nama akun dalam akuntansi. Pengetahuan ini mempermudah pengendalian keuangan bisnis dengan lebih baik.

Bagikan Artikel ke :

Artikel Terkait