January 23, 2024

Aanwijzing adalah_ Pemahaman Istilah dalam Proses Tender

Aanwijzing adalah: Pemahaman Istilah dalam Proses Tender

LaBalance.id – Mari kita eksplorasi istilah baru yang mungkin terdengar asing: aanwijzing. Meskipun tidak berasal dari bahasa Indonesia atau Inggris, aanwijzing adalah kata umum dalam kegiatan lelang. Pengertian Aanwijzing Aanwijzing berasal dari bahasa Belanda, dengan artinya indikasi, instruksi, rekomendasi, penugasan, anjuran, dan persiapan. Dalam tender, aanwijzing adalah pertemuan antara pemilik tender dan peserta lelang untuk memperjelas dokumen pengadaan. Tahap Aanwijzing Persiapan Dokumen Penawaran Peserta harus menyiapkan dan mengunggah dokumen penawaran dalam e-procurement sesuai batas waktu yang ditentukan. Seleksi Poin Unggulan dan Kekurangan Proses seleksi akan menilai poin unggulan dan kekurangan pada setiap peserta, karena pada akhirnya, hanya ada satu pemenang. Hal-Hal yang Disepakati dalam Aanwijzing Lingkup Pekerjaan Peserta harus memahami ruang lingkup pekerjaan yang diikuti di dalam lelang, memudahkan evaluasi kemampuan peserta. Metode Pemilihan Penentuan cara yang dipilih oleh peserta lelang, biasanya setelah diskusi antara anggota panitia hingga pejabat PPK. Penyampaian Dokumen Penawaran Jelaskan tanggal dan batas waktu unggah dokumen, hindari keterlambatan yang dapat mengakibatkan diskualifikasi. Kelengkapan Dokumen Terlampir Pastikan semua dokumen persyaratan diunggah lengkap, menjadi barometer bahwa peserta memenuhi syarat. Materi Aanwijzing Materi penjelasan oleh panitia lelang mencakup: Lingkup pekerjaan Metode pemilihan Persyaratan dan tata cara penyampaian dokumen Administrasi dan teknis Anggaran biaya Kerangka acuan kerja Kelengkapan yang harus dilampirkan Jadwal batas akhir pemasukan dokumen Tata cara pembukaan dokumen Metode evaluasi Hal-hal lain yang relevan Pentingkah Aanwijzing? Aanwijzing adalah proses krusial yang wajib diikuti peserta tender. Absennya peserta dapat menyebabkan kesulitan memahami proyek secara rinci dan berpotensi diskualifikasi. Aanwijzing menjadi sub-proses vital dalam procurement. Tujuannya adalah mendiskusikan ruang lingkup paket pengadaan, persyaratan, dan ketetapan. Bagi peserta tender, kehadiran di aanwijzing sangat penting untuk memahami proyek secara detail. Contoh Aanwijzing Ilustrasi tentang contoh proses aanwijzing memberikan gambaran bagaimana peserta yang mengabaikan kegiatan ini dapat terdiskualifikasi. Mari kita telaah suatu kasus yang menggambarkan proses aanwijzing dalam konteks lelang. Dokumen pengadaan yang diberikan oleh panitia lelang menetapkan batas akhir pemasukan pada tanggal 18/05/2023 pukul 13:00 WIB. Pada saat aanwijzing, terjadi perubahan pada batas akhir pemasukan dokumen. Meskipun telah disepakati bersama, perubahan tersebut menetapkan hari dan tanggal yang sama (18/05/2023), namun jam pemasukan dimajukan menjadi pukul 11:00 WIB. Perusahaan A, meskipun telah memenuhi syarat Dokumen Penawaran, mengabaikan kegiatan aanwijzing. Mereka juga tidak memperhatikan berita acara aanwijzing yang telah dikirimkan oleh panitia lelang. Terungkap bahwa perusahaan A masih mengacu pada dokumen lelang yang belum diperbarui oleh berita acara penjelasan (aanwijzing). Akibatnya, mereka memasukkan dokumen penawaran menjelang pukul 13:00 WIB. Dengan otomatis, dokumen penawaran perusahaan A ditolak karena pengiriman dokumen dan data telah melewati batas waktu yang ditentukan dalam berita acara aanwijzing terbaru, yaitu pukul 11:00 WIB. Akibatnya, perusahaan A dianggap gugur dalam proses tender proyek tersebut. Mengacu pada ilustrasi sederhana ini, peserta tender seharusnya tidak mengabaikan kegiatan aanwijzing. Kesalahan sepele seperti ini dapat menyebabkan kerugian fatal dalam proses tender. Adalah suatu keharusan bagi pihak yang hendak mengikuti tender untuk memberikan perhatian sepenuhnya pada setiap tahapan, termasuk aanwijzing, guna menghindari kendala yang dapat merugikan. Kesimpulan Aanwijzing adalah langkah awal dalam proses lelang atau procurement. Peserta harus memahami dan mematuhi setiap tahap aanwijzing agar memiliki peluang menang lebih besar.

Aanwijzing adalah: Pemahaman Istilah dalam Proses Tender Read More »

7 Waste Dalam Industri Manufaktur dan Contohnya

7 Waste Dalam Industri Manufaktur dan Contohnya

LaBalance.id – Persaingan bisnis saat ini memaksa perusahaan manufaktur untuk terus meningkatkan hasil produksi dari segi kualitas, harga, jumlah produksi, dan kepuasan konsumen. Dalam konteks ini, Lean Manufacturing berperan sebagai strategi perbaikan berkelanjutan dalam proses operasional perusahaan manufaktur, khususnya dalam pengendalian limbah lini produksi. Tingginya tingkat waste dapat menghambat aliran nilai, mengakibatkan ketidakefisienan waktu produksi. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meminimalisir sampah, mengurangi pemborosan dari bahan baku, gerakan, lalu lintas bahan baku, proses menunggu, pengerjaan ulang, hingga proses perbaikan. Berikut adalah 7 waste dalam industri manufaktur yang perlu diperhatikan oleh manajemen operasional perusahaan dan contohnya. 7 Waste Dalam Industri Manufaktur dan Contohnya 1. Waste of Transportation (Transportasi) Pemborosan karena tata letak produksi yang buruk, memerlukan pemindahan barang yang tidak efisien. Kesalahan dalam penataan tata letak dapat menghambat efektivitas produksi dan menghasilkan output yang tidak maksimal. 2. Waste of Inventory (Persediaan) Akumulasi barang jadi, barang setengah jadi, dan bahan mentah yang berlebihan dapat mengakibatkan pemborosan inventaris, menandakan kemungkinan overproduksi dan penurunan kinerja penjualan perusahaan. 3. Waste of Motion (Gerak) Pemborosan terjadi karena gerakan pekerja atau mesin yang tidak memberikan nilai tambah pada produk. Penempatan komponen yang jauh dari jangkauan operator dapat mengakibatkan gerakan yang tidak perlu. 4. Waste of Waiting (Menunggu) Keadaan menunggu dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan proses, kerusakan mesin, pasokan komponen yang terlambat, atau keputusan yang tertunda. Pengukuran waktu produksi perlu dilakukan untuk mengidentifikasi proses-proses yang berpotensi menimbulkan menunggu. 5. Waste of Overprocessing (Proses Berlebihan) Tidak semua proses memberikan nilai tambah bagi produk atau pelanggan. Proses yang tidak memberikan nilai tambah merupakan pemborosan. Penting untuk mencari akar penyebab permasalahan dan mengambil tindakan yang sesuai. 6. Waste of Overproduction (Produksi Berlebih/Overproduksi) Kelebihan produksi barang jadi atau barang setengah jadi tanpa pesanan dari pelanggan dapat terjadi akibat waktu setup mesin yang lama, kualitas rendah, atau kurangnya perencanaan produksi yang akurat. Hal ini berpotensi membahayakan perusahaan, terutama yang menghasilkan produk konsumsi dengan masa kedaluwarsa pendek. 7. Waste Defects (Cacat/Kerusakan) Pemborosan terjadi akibat kualitas rendah atau kerusakan produk, memerlukan biaya tambahan untuk perbaikan. Perusahaan manufaktur umumnya menerapkan prinsip “zero cacat” untuk meminimalkan pemborosan ini. Pemborosan ini disingkat dalam bahasa Inggris sebagai “TIMWOOD,” yang melibatkan Transportation, Inventory, Motion, Waiting, Overprocessing, Overproduction, dan Defective.

7 Waste Dalam Industri Manufaktur dan Contohnya Read More »